Sumeleh

Just another WordPress.com weblog

Yakini Pilihan, Tekuni, dan Menjadi Ahli Maret 19, 2009

Filed under: Uncategorized — naniklipi @ 1:33 pm

“Bila kau sungguh-sungguh menginginkan sesuatu, alam akan berpadu membantumu mewujudkannya”(Sang Alkemis, Paulo Coelho)

 

            Apa yang teman-teman mimpikan atas diri teman-teman sekitar 4–5 tahun ke depan setelah menjadi keluarga besar Sastra Indonesia UGM? Di setiap kepala teman-teman ada bayangan yang berbeda bukan? Atau jangan-jangan malah tidak ada bayangan sama sekali, gelap dan suram.

“Masuk Sastra Indonesia pilihan ke berapa?” Pertanyaan “basi” yang hampir selalu diajukan setiap penyambutan mahasiswa baru, dan sedikit yang menjawab dengan lantang serta yakin: pilihan pertama! Di beberapa kepala mahasiswa baru Sastra Indonesia peluang atas masa depan yang gemerlap sepertinya susah untuk digapai. Belum lagi, pertanyaan menyakitkan, “Kok kuliah di Sastra Indonesia, mau jadi apa?”. Hal-hal semacam itu menambah ketakutan dan keraguan di awal menjejakkan kaki di bangku kuliah. Cara pandang yang pesimistis tersebut harus dirombak dari kepala teman-teman. Cuci otak kita dan yakini bahwa kuliah di Sastra Indonesia itu banyak peluang dan kesempatan. Ingat, peluang tidak datang dengan sendirinya dan cuma-cuma. Sering kali peluang dan kesempatan harus kita cari, bahkan kita ciptakan. Butuh keyakinan, strategi, dan kerja keras di sana, selain menggantungkan pada alasan takdir.  Nah, tulisan ini akan bertutur tentang pencerapan selama jadi mahasiswa Sastra Indonesia. Di akhir diharapkan bisa menjadi suntikan motivasi bagi teman-teman untuk lebih mengembangkan diri.

            Entah kecemplung atau memang pilihan, setelah masuk Sastra Indonesia langkah apa yang harus dilakukan? Pertama, yakini pilihan Anda, dan tekuni karena setiap bidang membutuhkan ahli. Di mana pun Anda, kalau ahli di bidangnya akan dicari. Kepakaran itu dibutuhkan. Mengapa tidak berpikir positif, di jurusan apa pun berada saya akan mengoptimalkan diri dan menjadi terbaik. Langkah yang setengah hati biasanya akan membuahkan hasil yang setengah-setengah. Tekuni dan bersungguh-sungguh karena Anda sudah memilih berada di sini. Ada dua pilihan: punyai motivasi dan target, atau mau waton mlaku. Itu terserah kita karena kita yang bertanggung jawab atas masa depan kita. Motivasi terbesar ada dalam diri kita, target setiap orang juga berbeda. Untuk mencapai target itu, buatlah perencanaan kuliah, seperti mau lulus kapan, tertarik mengambil program studi apa (linguistik, filologi, sastra), dan ada baiknya mulai memikirkan (setidaknya membayangkan) tema untuk skripsi kelak. Perencanaan kuliah itu juga harus dibarengi penyusunan strategi. Gali apa peluang, tantangan, dan hambatannya, lalu cari strategi yang cocok. Setiap individu tentu berbeda.

Kedua, sesegera mungkin beradaptasi dengan lingkungan baru (hal ini akan diulas dalam bagian tersendiri-red.). Ketiga, bacalah, karena menjadi pintar memang jauh lebih indah! Mungkin takdir menggariskan kita bahwa hidup kita ke depan akan lebih banyak terkait kata-kata, bukan angka-angka. Teman-temanlah calon ahli bahasa, peneliti, filolog, dosen, editor, wartawan, penulis, dan lain-lain—bukan akuntan, ahli ekonomi, dan lain-lain. Oleh karena itu, mahasiswa yang malas membaca pantas diragukan kemampuan berkembang secara optimal di jurusan ini.

Keempat, bentuk komunitas, apa pun minatmu. Banyak kegiatan di luar kuliah yang bisa “memperkaya” dan mendukung kuliah. Temukan keseimbangan Indeks Prestasi dengan kegiatan ekstrakurikuler. Buat masa kuliahmu berkesan.

           

Adaptasi di Dunia Baru

Sesegera mungkin kenali lingkungan baru agar tidak gagap, seperti lingkungan kampus, kehidupan di lingkungan kos, sampai budaya setempat (bagi mahasiswa dari luar Yogya). Banyak hal baru yang seharusnya membuat kita antusias dan tertantang, bukan malah gamang. Beberapa kiat berikut bisa dipertimbangkan.

  1. Jangan takut sebelum perang!

Apa yang ada di kepala Anda bisa jadi itu yang akan terjadi. Singkirkan kekhawatiran berlebih dan keraguan, terutama bagi teman-teman yang masih setengah hati datang ke UGM.

 

  1. Bertanyalah, toh tidak bayar!

Orang baru di lingkungan baru yang asing biasanya malu bertanya. Tanyakan apa pun, misalnya tentang perpustakaan, sentra perdagangan buku dan trik tawar-menawarnya, jalur bus, sifat dosen, sampai soal jajanan murah.

 

  1. Banyak berdiskusi atau bertanya dengan kakak tingkat

Keuntungannya adalah bisa tahu lebih banyak tentang seluk beluk perkuliahan, bisa pinjam buku atau soal ujian tahun lalu. Lalu, bagaimana bagi mereka yang pemalu? Bagaimana bila kenyataannya kakak tingkat terkesan ada jarak (kurang ramah)?

 

  1. Sadari bahwa lingkungan yang sedang Anda tapaki adalah baru dan kadang membutuhkan langkah dan sikap yang baru pula

Teman-teman tidak bisa menyelesaikan masalah-masalah baru di perguruan tinggi dengan gaya dan cara yang sama persis dengan cara sewaktu di bangku SMU dulu. Kemandirian dan proaktif harus lebih ditunjukkan di masa ini. Sistem belajar dan waktu tatap muka pun sangat berbeda dengan saat SMU dulu. Teman kita di ruang kelas pun lebih bervariasi dan berganti-ganti tiap waktu, tidak seperti di SMU yang setahun melulu itu-itu saja. Kebebasan lebih banyak, tetapi kadang kita bingung bagaimana menggunakan kebebasan itu. Sebagai contoh, kita berhak mengambil mata kuliah apa saja dan berapa pun jumlahnya. Meskipun bebas, tetap di sini ada aturan mainnya. Punyai bagan alur mata kuliah, agar lebih mudah merencanakan studi. Dan, mengapa enggan berdiskusi dengan Dosen Pembimbing? Beberapa mahasiswa menganggap ini hanya formalitas untuk mendapatkan persetujuan (tanda tangan). Sedikit yang benar-benar mau bertanya atau berdiskusi lebih intensif. Dosen Pembimbing akan senang dan welcome kok. Malah herannya, kadang ada dosen yang justru mencari-cari mahasiswa bimbingannya.

 

  1. Bersahabat dengan dosen, perpustakaan, bagian kemahasiswaan, kantin dan bonbin, serta semua  yang melingkupi lingkungan baru Anda

Ketika kita merasa nyaman di lingkungan itu, aktivitas kita akan lebih enjoy. Ada manfaatnya sesekali nongkrong atau kumpul-kumpul di bonbin, bangku putih, taman kodok, dan tempat lainnya. Syukur-syukur, tidak sekadar duduk-duduk sambil ngobrol ngalor ngidul dan lihat cowok/cewek cakep yang melintas, tetapi bentuk kelompok diskusi atau kelompok belajar.

Keseimbangan Indeks Prestasi dengan Kegiatan Ekstrakurikuler

           

Mana yang lebih berkesan, menjadi mahasiswa dengan nilai selalu A tetapi hanya “anak kuliahan” atau menjadi mahasiswa yang dikenal aktif di kampus dengan nilai yang biasa-biasa saja? Kedua pilihan itu tidak ada yang lebih baik, tetapi akan lebih baik apabila bisa menjadi sosok yang lulus dengan nilai memuaskan—syukur-syukur cum laude—sekaligus mahasiswa yang aktif dalam kegiatan luar kuliah. Hanya menjadi anak kuliahan boleh saja, asal tidak sampai kuper. Berangkat kuliah, dengarkan dosen dengan saksama, kerjakan makalah dan tugas-tugas dengan tepat waktu, berkutat dengan buku-buku perpustakaan, lalu pulang ke kos atau rumah masing-masing, sepintas tidak ada yang salah dengan pilihan menjadi anak kuliahan yang manis seperti itu. Banyak di sekitar kita yang membutuhkan kepekaan dan peran kita. Selain itu, bisa jadi setelah lulus Anda merasa masa kuliah tidak berkesan. Tidak ada kenangan indah yang bisa Anda banggakan atau ceritakan di kala usia tua. Yang lebih parah, sangat mungkin potensi Anda tidak benar-benar tergali optimal. Banyak hal yang tidak dapat kita temukan di kelas. Komunitas, organisasi atau kegiatan ekstrakurikuler dapat memperkaya kita. Selain membuat kita mempunyai nilai lebih, juga menjadikan kita “tahan banting”. Kita jadi lebih siap menghadapi kondisi apa pun. Otak dan hati kita lebih terlatih dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah kehidupan.

            Beberapa mahasiswa lain memilih menjadi aktivis kampus. Kalangan yang memilih ini biasanya bisa jadi lebih tenar dan “digila-gilai” di kalangan mahasiswa lain. (Remaja sekarang sepertinya enggan pacaran dengan kutu buku). Ada juga yang terkesan “serem” atau membentuk gank sendiri, bahkan ada yang inklusif. Teman-teman bisa memilih apa pun kegiatan yang teman sukai dan bisa mendukung belajar teman-teman. Ungkapan organisasi atau kegiatan ekstrakurikuler menggangggu kuliah adalah ungkapan yang tidak bertanggung jawab. Mahasiswa yang sudah memilih terjun berorganisasi atau aktif di kegiatan ekstrakurikuler tidak boleh mengabaikan tanggung jawab utamanya.

            Yang jelas, sebisa mungkin hindari menjadi golongan mahasiswa ketiga, yaitu mahasiswa biasa-biasa saja yang tidak punya “keunggulan” di studi maupun organisasi/komunitas. Jangan pula masuk golongan mahasiswa yang sok aktivis, tetapi kuliahnya terbengkalai apalagi sampai drop out.

            Lalu, bagaimana bisa menyeimbangkan keduanya: nilai kuliah bagus dan bisa aktif di kegiatan luar kuliah?

  1. Pertama yang harus dilakukan adalah punyai tekad dan komitmen untuk mewujudkan “keseimbangan” itu

Kalau komitmen dan tekad untuk berhasil di keduanya kuat, kita pasti akan temukan strategi dengan sendirinya. Hambatan apa pun akan kita cari jalan keluarnya, pasti ada celah dan tidak mudah putus asa.

 

  1. Pilih kegiatan yang sesuai minat terbesar kita dan jelilah memilih kegiatan yang diprediksi bisa menopang studi kita atau bisa memperlancar usaha mencari pekerjaan di kemudian hari

Kata kasarnya, memenuhi curriculum vitae (CV) untuk mencari beasiswa atau pekerjaan. Akan tetapi, ingat tujuan utama berorganisasi atau ikut kegiatan ekstrakurikuler bukanlah itu karena yang penting adalah “memperkaya” diri Anda. Anggaplah ini keuntungan tambahan.

  1. Rajin masuk kuliah dan kerjakan tugas dari dosen

Sesibuk apa pun, kuliah tetaplah yang harus diprioritaskan. Orang tua susah payah membiayai Anda ke UGM adalah untuk belajar dan lulus, bukan untuk berorganisasi (ekstrakurikuler).

 

  1. Terapkan sistem belajar efektif (kiat-kiat belajar dijabarkan pada bagian tersendiri)

 

  1. Manajemen waktu

Kemahiran mengelola waktu ini butuh proses dan latihan. Lama-lama kita akan terbiasa dengan bejibun kegiatan dan semakin lihai mensiasatinya. Belum tentu seseorang yang punya banyak waktu (karena hanya kuliah) berarti memiliki waktu yang efektif untuk belajar. Karena semakin terbiasa aktif seseorang, biasanya makin terlatih mensiasasati waktu dan ketika mereka punya waktu luang maka akan digunakan sebaik-baiknya untuk belajar secara taktis. Seorang anak kos yang hanya kuliah langsung pulang misalnya, belum tentu punya banyak waktu yang efektif. Alih-alih waktunya banyak terbuang dengan berleha-leha dan tetap saja penganut sistem kebut semalam (SKS) dalam belajar. Tetapi mahasiswa yang memutuskan berorganisasi atau bekerja sambil kuliah—yang bertanggung jawab tentunya—akan bisa menggunakan waktu yang dia punyai dengan cerdik.

 

  1. Jangan abaikan tubuh Anda

Jangan latah dengan mengikuti banyak kegiataan dan mengabaikan tubuh Anda. Badan kita memiliki ambang batas kemampuan dan memerlukan asupan makanan yang bergizi. Boleh Anda sibuk dengan kegiatan kuliah ditambah pontang-panting dengan kegiatan ekstrakurikuler atau bekerja, tetapi jangan lupa jaga kesehatan Anda, terlebih anak kos yang identik suka makanan instan.

 

Mereka yang memilih tidak berorganisasi atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, juga tidak salah. Asalkan, Anda bertanggung jawab atas pilihan itu. Benar-benarlah menjadi pemikir yang nantinya dibutuhkan bangsa ini. Sebenarnya untuk teman-teman tipe ini bisa memilih kegiatan ekstrakurikuler yang lebih ilmiah untuk mengembangkan potensinya. Misalnya, bentuk kelompok penelitian atau diskusi. Alternatif kegiatan begitu banyak, tidak harus gabung Sastro Moeni atau teater, aktif di kegiatan keagamaan, aktif di pers mahasiswa, pecinta alam, senat mahasiswa, dan lain-lain. Atau teman-teman tipe ini bisa memperdalam kemampuan bahasa asingnya, aktif secara individu menulis, dan banyak cara lain yang sesuai dengan karakter Anda.

Bayangkan, betapa menjemukannya hidup Anda kalau hanya kuliah lalu pulang ke kos, setiap hari melulu begitu. Kuliah sehari hanya beberapa jam dan masih banyak waktu yang dimiliki. Akankan Anda hanya tidur, nonton televisi, makan, duduk-duduk di kos? Buat hari-hari Anda lebih menggairahkan. Kalau Anda masih juga tidak cocok dengan alternatif kegiatan di atas, masih ada cara lain: lahaplah bacaan apa pun atau cobalah menulis (membuat karya). Dengan begitu, Anda menjadi semacam “pertapa” yang produktif.

 

 

Strategi Belajar untuk Mendapat Nilai A

            Bagian ini akan membahas bagaimana kiat-kiat belajar efektif agar mendapat nilai bagus di ujian.

  1. Perhatikan dengan saksama kuliah dalam kelas agar lebih mudah memahami dan mengingat materi. Oleh karena itu, jangan sering bolos, apalagi cuma titip tanda tangan. Mendengar dan melihat langsung materi yang dijelaskan dosen sangat mempermudah kita memahami dan mengingat, terlebih kalau dibarengi dengan mencatat poin-poin penting. Di luar kelas Anda tinggal memperkaya materi dengan membaca ulang, membaca buku-buku, diskusi, dan sebagainya.
  2. Buat catatan karena ada tipe dosen yang soal ujiannya banyak dari catatan yang pernah diberikan di kelas. Kalau masih malas juga, yah rajinlah fotokopi catatan.
  3. Cari soal tahun-tahun sebelumnya agar mudah memprediksikan tipe-tipe soal yang akan keluar.
  4. Pelajari materi dari catatan maupun buku-buku penunjang agar Anda percaya diri menghadapi ujian.
  5. Kerjakan tugas dari dosen tepat waktu. Makalah misalnya, kadang persentase dalam menentukan nilai ujian besar.
  6. Berdiskusilah dengan temanmu. Secara informal cobalah tanya jawab atau mencoba menebak soal-soal yang mungkin keluar. Kadang belajar dengan cara seperti ini mempermudah mengingat dalam menjawab soal ujian.
  7. Buatlah daftar pertanyaan dan jawablah sendiri.
  8. Perhatikan dengan lebih saksama poin-poin yang diangkat oleh dosen dalam kuliah terakhir (sebelum ujian) karena biasanya dosen mengulas secara singkat materi-materi pokok dari awal sampai akhir.
  9. Milikilah buku “wajib” yang dianjurkan dosen. Jangan enggan membeli dan lebih banyak mengutamakan uang untuk pakaian, rokok, dan kesenangan lainnya.
  10. Aktiflah dalam kerja kelompok. Beberapa mahasiswa pasif dalam mengerjakan tugas-tugas kelompok. Tak jarang ada yang hanya titip nama. Padahal dengan berperan serta aktif mengerjakan tugas kelompok, secara tidak sengaja kita sudah belajar, yang berarti mengurangi beban belajar waktu ujian. Mungkin menarik mendiskusikan, efektif tidakkah cara belajar SKS (sistem kebut semalam)?

 

Yang perlu dicatat, tujuan kuliah tidak hanya mencari nilai bagus, jadi untuk apa menyontek. Banyak hal yang bisa kita dapat dari bangku kuliah, tidak hanya IP, tapi pengalaman, komunitas, perubahan pola pikir, dan lain-lain. IP tinggi bukan jaminan. Akan tetapi, mungkin benar juga seloroh ini: kalau IP tinggi saja bukan jaminan apalagi IP rendah. Selain nilai bagus, yang terpenting dari kuliah adalah mengubah pola pikir. Pola pikir seorang yang pernah mengenyam dunia mahasiswa tentunya berbeda dengan lulusan SMU. Dengan demikian, kelak mereka pun akan membentuk manuasia-manusia yang lebih berkualitas dan berbudi. Ah, bangsa ini akan bisa segera bangun dari keterpurukannya.

 

Mencari Beasiswa

            Tidak sedikit beasiswa yang ditawarkan, tetapi mahasiswa banyak yang ogah-ogahan mengurusnya. Berikut ini pengalaman penulis mencari beasiswa.

  1. Rajin-rajin membaca pengumuman di fakultas maupun Bagian Kemahasiswaan Gedung Pusat.
  2. Buka internet, cari informasi beasiswa di internet dan kalau perlu bergabung dengan mailinglist beasiswa. Beasiswa yang ditawarkan melalui internet biasanya lebih besar nominalnya dan seleksi serta persaingannya juga ketat. Misalnya, beasiswa Exxon Mobil Oil, Sampoerna, dan lain-lain.
  3. Selalu siap syarat-syarat umum untuk pengajuan beasiswa (seperti foto, fotokopi transkrip nilai, surat keterangan dari pemerintah setempat) agar kalau mendapat informasi beasiswa yang mendadak atau mepet waktunya, tidak ketinggalan kesempatan. Beberapa mahasiswa urung mengajukan permohonan beasiswa karena alasan waktunya mendadak atau karena saat pengumuman beasiswa itu mahasiswa tersebut tengah sibuk dengan kegiatan kuliah lain. Sebenarnya, mengurus beasiswa tidak ribet kok! Kalau kita sudah memiliki syarat-syarat umum, tinggal mencari syarat yang lainnya. Waktunya menjadi lebih pendek bukan.
  4. Yang tidak boleh dilupakan, nilai-nilai Anda juga harus baik.

 

Kuliah sambil “Bekerja”?

            Hati-hati bila Anda salah satu yang memutuskan mengambil langkah ini karena berdasar pengalaman banyak yang terlena mencari uang sehingga kuliahnya terbengkalai (tidak selesai-selesai atau bahkan selesai dengan nilai pas-pasan). Kuliah sambil bekerja adalah satu cara yang bisa membantu kita survive dan “sedikit” belajar mandiri di tengah biaya kuliah yang semakin mahal. Lebih dari itu, ini pun menambah pengalaman kita sehingga lebih siap terjun ke dunia kerja kelak. Pilih kerja paruh waktu agar tetap bisa kuliah, tanpa harus cuti. Teman-teman bisa bergabung dengan Lembaga Sosial Kemasyarakatan (LSM), jadi koresponden majalah, penerjemah, dan lain-lain. Usahakan menemukan pekerjaan yang dekat dengan bidang keahlian Anda. Ada baiknya Anda juga mencoba “menulis menembus media”. Ini cara bekerja yang semu. Menulis bisa melatih kemampuan literer kita, syukur-syukur dapat honor tulisan.

 

            “Ah, teori!” Ya, ini memang teori yang disarikan dari pengalaman penulis kuliah di Sastra Indonesia. Tambahkan teori-teori lainnya yang cocok untuk Anda! Selamat membuat sejarah masing-masing di almamater tercinta ini.

 

 

Nanik (Kinan) Supriyanti

Alumnus Angkatan ’99, lulus 2004

 

Tinggalkan komentar